mathaijoseph.com – Para arkeolog berhasil menemukan kembali sebuah kota kuno Mesir yang telah lama hilang. Kota ini diduga merupakan Imet, pusat keagamaan dan ekonomi yang aktif pada abad keempat SM. Letaknya sekitar 10 kilometer di selatan kota kuno Tanis, wilayah Delta Sungai Nil. Kota ini memiliki sejarah panjang, setidaknya sejak masa Dinasti ke-18, sekitar 1550 SM.
Temuan ini menjadi salah satu penemuan arkeologi terpenting dalam dekade terakhir di Mesir. Imet sempat menghilang dari catatan sejarah selama lebih dari dua milenia, sebelum akhirnya terungkap berkat bantuan teknologi citra satelit dan penggalian intensif.
Struktur Arsitektur Maju Ungkap Kepadatan Kota Imet di Abad Keempat SM
Hasil penggalian di lokasi menunjukkan bahwa Imet merupakan kota dengan arsitektur padat dan berkembang pesat. Para arkeolog menemukan sisa bangunan seperti lumbung padi, kandang hewan, serta bangunan keagamaan. Salah satu struktur mencolok adalah ‘rumah menara’ bertingkat yang unik di Delta Nil, jarang ditemukan di wilayah Mesir lainnya.
Dr. Nicky Nielsen, arkeolog dari Universitas Manchester yang memimpin penggalian, menyebut bahwa rumah-rumah menara menunjukkan tingkat urbanisasi yang tinggi. “Keberadaan mereka menunjukkan Imet sebagai kota padat dengan infrastruktur kompleks,” ujar Dr. Nielsen, dikutip dari Daily Mail.
Bangunan-bangunan ini berdiri dengan fondasi dinding tebal dan desain vertikal. Arsitekturnya dirancang untuk menampung populasi kota yang bertumbuh pesat. Jalan-jalan beraspal dan ruang publik yang luas digunakan untuk memproses biji-bijian dan ternak.
Peran Sentral Dewi Wadjet dan Aktivitas Keagamaan di Kota Kuno Imet
Penemuan penting lainnya di Imet adalah bangunan-bangunan keagamaan yang didedikasikan untuk Dewi Wadjet, dewi pelindung Mesir Hilir yang berkepala kobra. Sebuah kuil besar berdiri di atas jalan seremonial yang menghubungkan gerbang kota dengan pusat ibadah utama. Jalan ini kemungkinan besar digunakan dalam ritual persembahan dan prosesi keagamaan.
Menurut Dr. Nielsen, Wadjet banyak dipuja selama Periode Akhir Mesir melalui patung nazar dan ritual pemujaan. Salah satu artefak penting adalah sebuah patung kecil (ushabti) berwarna hijau dari periode 664–525 SM, serta lempengan batu dengan ukiran dewa Harpocrates dan simbol perlindungan.
Artefak-artefak ini mencerminkan keyakinan penduduk terhadap dewa pelindung dan praktik keagamaan kuno. Penemuan ini juga membantu memahami transisi lanskap spiritual Mesir menjelang berakhirnya periode dinasti lokal dan munculnya pengaruh Yunani di bawah Alexander Agung.
“Baca Juga: Kadis PUPR Sumut Baru Tempati Rumah Mewah Selama 6 Bulan“
Penggalian Satelit Ungkap Wawasan Baru Sejarah Peradaban Mesir
Penggalian kota Imet dilakukan melalui kerja sama Universitas Manchester dan Universitas Sadat City, Mesir. Para arkeolog menggunakan citra satelit resolusi tinggi untuk mendeteksi pola bangunan bata lumpur. Teknologi ini memungkinkan tim menandai lokasi strategis sebelum melakukan ekskavasi fisik.
Dengan metode modern ini, peneliti dapat memetakan sisa struktur dengan lebih akurat dan efisien. Reruntuhan kota menunjukkan aktivitas manusia yang panjang, dari masa Kerajaan Baru hingga era Ptolemeus. Kota ini mencapai puncaknya pada abad keempat SM sebelum menurun karena perubahan politik dan spiritual.
Penemuan kota Imet membuka peluang penelitian lebih lanjut tentang urbanisasi, praktik keagamaan, serta kehidupan sosial masyarakat Mesir kuno. Kota ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Mesir dari era Firaun hingga invasi Alexander Agung.
“Simak Juga: Timnas Voli Putra Siap Tempur di SEA V League 2025“
Leave a Reply