mathaijoseph – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali mencuat ke permukaan setelah pernyataan bertolak belakang yang disampaikan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Di satu sisi, Trump mengancam akan menaikkan tarif impor produk asal China hingga 100%. Namun, hanya beberapa hari kemudian, ia mengunggah pernyataan di platform Truth Social yang menyiratkan sikap lebih lunak dan bahkan mengisyaratkan keinginan untuk membantu China. Kontras ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Trump benar-benar mengubah pendekatannya terhadap China atau sekadar memainkan strategi politik dan ekonomi?
“Baca Juga: Pemerintah Resmi Miliki 63% Saham Freeport Indonesia”
PERANG DAGANG MEMANAS USAI CHINA BATASI EKSPOR LOGAM TANAH JARANG
Ketegangan terbaru dipicu oleh langkah China memperketat kebijakan ekspor logam tanah jarang (rare earths) pada 9 Oktober 2025. Langkah ini diambil Kementerian Perdagangan China sebagai bentuk kontrol terhadap potensi penyalahgunaan logam tersebut dalam sektor militer global. Meski bukan pelarangan penuh, kebijakan ini berdampak besar karena China mendominasi pasar global. Menurut International Energy Agency (IEA), China menguasai 61% produksi dan 92% proses pemurnian logam tanah jarang dunia.
Langkah ini segera memukul industri pertahanan Amerika yang masih bergantung pada pasokan dari China. Tak lama berselang, Trump merespons keras. Ia mengumumkan akan menaikkan tarif impor terhadap seluruh produk China menjadi 100% mulai 1 November 2025. “Berdasarkan fakta bahwa China mengambil posisi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Amerika akan merespons tegas,” ujar Trump pada 10 Oktober.
CHINA BALAS DENGAN KEBIJAKAN SIMILAR DAN TARIF KAPAL AS
China tak tinggal diam terhadap ancaman Trump. Pemerintah Tiongkok menyatakan akan mengambil langkah tegas untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Sebagai respons, mereka mewajibkan izin ekspor untuk logam tanah jarang dan menginstruksikan perusahaan teknologi seperti ByteDance dan Alibaba untuk menghentikan pembelian chip dari Nvidia. Selain itu, mulai 14 Oktober 2025, China mengenakan biaya tambahan terhadap kapal Amerika yang berlabuh di pelabuhan mereka, meniru kebijakan tarif baru dari pihak AS.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa kebijakan mereka bukan bentuk larangan ekspor, melainkan upaya mencegah penyalahgunaan. “Kontrol ini tidak berarti larangan. Permohonan yang memenuhi syarat tetap akan disetujui,” ujarnya.
TRUMP UBAH NADA: “AMERIKA INGIN MEMBANTU CHINA”
Di tengah memanasnya perang dagang, Trump tiba-tiba mengunggah pernyataan yang berbeda nada di platform Truth Social. Dalam unggahan itu, ia menyatakan simpati terhadap Presiden China Xi Jinping. “Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati baru saja mengalami momen yang buruk,” tulis Trump. Ia juga menambahkan bahwa Amerika tidak ingin menyakiti China, melainkan ingin membantu.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah Trump mengancam kenaikan tarif besar-besaran. Di postingan yang sama, Trump menyebut hubungan AS-China dalam enam bulan terakhir cukup baik. Namun, ia menyatakan tidak memiliki alasan untuk bertemu dengan Presiden Xi di APEC yang akan berlangsung di Korea Selatan.
ANALISIS: STRATEGI POLITIK ATAU UPAYA DIPLOMATIK?
Pernyataan Trump yang berubah-ubah menimbulkan berbagai spekulasi. Sebagian pihak menilai ini sebagai bentuk tekanan diplomatik untuk memaksa China bernegosiasi ulang. Sebagian lainnya melihatnya sebagai strategi politik menjelang pemilu atau sebagai respons atas tekanan industri AS yang terdampak kebijakan ekspor China.
Pakar hubungan internasional mencatat bahwa dalam konteks geopolitik saat ini, AS dan China saling membutuhkan. Meski bersaing di berbagai sektor, keduanya juga memiliki keterkaitan ekonomi yang mendalam. Ketergantungan pada logam tanah jarang adalah salah satu contohnya. Langkah Trump yang tampak “melunak” bisa jadi merupakan kalkulasi strategis untuk meredakan kekhawatiran pasar global dan menjaga stabilitas ekonomi domestik.
“Baca Juga: Nadiem Makarim Siapkan Kesimpulan Praperadilan”
HUBUNGAN AS-CHINA BERGERAK DI ATAS TITIAN TIPIS
Pernyataan Trump yang kontras menunjukkan betapa rumitnya hubungan ekonomi-politik antara dua negara adidaya ini. Di satu sisi, tekanan terhadap China menjadi bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan. Di sisi lain, keinginan menjaga stabilitas global dan domestik memaksa pendekatan yang lebih diplomatis. Ketegangan ini menandakan bahwa perang dagang AS-China belum akan mereda dalam waktu dekat, dan dunia harus bersiap menghadapi dampaknya, terutama pada sektor teknologi dan energi kritis.





Leave a Reply