mathaijoseph – Sekelompok pemegang saham Tesla, termasuk SOC Investment Group dan pejabat negara bagian AS, menolak paket gaji senilai USD 1 triliun atau sekitar Rp 16.600 triliun untuk CEO Elon Musk. Penolakan ini akan dibahas dalam rapat umum pemegang saham Tesla pada November 2025. Mereka juga menentang pencalonan ulang tiga direktur, yakni Ira Ehrenpreis, Joe Gebbia, dan Kathleen Wilson-Thompson.
“Baca Juga: Komdigi Tangguhkan Izin TikTok Karena Data Video Live”
Kelompok ini menganggap dewan direksi terlalu fokus mempertahankan Elon Musk dan mengabaikan pencapaian target penting yang sudah disepakati pada rapat tahunan sebelumnya. Mereka menyoroti penurunan kinerja operasional dan keuangan Tesla serta kegagalan pengawasan manajemen yang efektif dan real-time. Kekhawatiran ini muncul meski Tesla mencetak rekor pengiriman mobil listrik pada kuartal terakhir.
Para investor juga khawatir bahwa berakhirnya kredit pajak kendaraan listrik di AS dapat menyebabkan permintaan menurun. Kredit pajak ini selama ini menjadi faktor penting untuk meningkatkan penjualan mobil listrik Tesla di pasar Amerika. Rencana kompensasi besar ini juga dianggap sebagai upaya memperkuat kendali Elon Musk atas perusahaan.
Selain SOC Investment Group dan bendahara negara bagian Nevada, New Mexico, dan Connecticut, Brad Lander, Pengawas Keuangan Kota New York, juga menentang rencana tersebut. Lander dikenal sebagai pengkritik kebijakan dewan Tesla yang mendukung Musk. Meskipun dana pensiun kota New York bukan pemegang saham utama Tesla, pengaruhnya tetap signifikan dalam isu tata kelola perusahaan.
Respons Tesla dan Implikasi untuk Masa Depan Perusahaan
Menanggapi penolakan tersebut, Tesla menyatakan paket insentif untuk Elon Musk mencerminkan penciptaan nilai bagi pemegang saham. Perusahaan menegaskan bahwa jika Musk gagal mencapai hasil, ia tidak akan menerima kompensasi apa pun. Pernyataan ini disampaikan melalui akun resmi Tesla di platform X (sebelumnya Twitter).
Paket gaji tersebut mencakup target kinerja yang sangat ambisius dan menjadi yang terbesar dalam sejarah perusahaan. Tujuan utama rencana ini adalah menjaga stabilitas kepemimpinan dan mendorong pertumbuhan Tesla dalam jangka panjang. Namun, tekanan dari pemegang saham mencerminkan ketegangan dalam tata kelola perusahaan dan kekhawatiran atas manajemen risiko.
Ke depan, keputusan rapat umum pemegang saham pada November 2025 akan menentukan arah Tesla, baik dari sisi pengawasan direksi maupun strategi kompensasi eksekutif. Penolakan terhadap pencalonan ulang tiga direktur juga menunjukkan keinginan investor untuk memperkuat pengawasan dan transparansi dalam pengelolaan perusahaan.
“Baca Juga: Izin TikTok di Indonesia Dibekukan, Tapi Akses Masih Tetap Terbuka”
Situasi ini menjadi momen penting bagi Tesla, terutama saat industri mobil listrik terus berkembang pesat dan menghadapi tantangan regulasi. Kepemimpinan yang efektif dan tata kelola yang kuat menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor dan mempertahankan posisi pasar.
Investor dan pengamat industri akan terus memantau perkembangan ini karena keputusan yang diambil dapat mempengaruhi strategi Tesla, harga saham, dan daya saing perusahaan di masa depan. Tesla harus menyeimbangkan ambisi pertumbuhan dengan kebutuhan transparansi dan akuntabilitas yang semakin tinggi dari para pemegang sahamnya.





Leave a Reply